Saturday, January 15, 2011

Hambatan-hambatan Dalam Belajar

tentang Hambatan-hambatan Dalam Belajar


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata pelajaran Bahasa Inggris adalah mata pelajaran inti yang dipelajari oleh semua jenjang pendidikan di Indonesia, formal atau informal mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Peguruan Tinggi. Mata pelajaran ini ditetapkan sebagai mata pelajaran yang mutlak wajib dipelajari, karena pada masa globalisasi saat ini pelajaran bahasa inggris merupakan mata pelajaran yang digunakan dalam berbagai disiplin ilmu. Diharapkan pada masa yang akan datang, dengan pengetahuan bahasa inggris siswa dapat berkompetisi dalam segala bidang.
Mengingat pentingnya peranan Bahasa Inggris itu, maka pelajaran Bahasa Inggris di sekolah-sekolah sudah selayaknya mejadi perhatian yang sangat besar oleh pihak sekolah. Selama ini sebagian besar pendapat yang dikemukakan oleh para murid, bahwa mata pelajaran Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran yang sulit bahkan menakutkan bagi mereka, tidak jarang siswa/ murid yang bolos tidak masuk pada pelajaran ini. Disisi lain terkadang murid hanya bersikap pasif saat belajar bahasa inggris, dalam arti duduk, diam dan tanpa tahu apa yang sedang dipelajari.
Keadaan ini tidak bisa dibiarkan saja, kalau ingin generasi muda mampu bersaing di Era Globalisasi saat ini, terlebih dimasa yang akan datang. Karena tidak ada kemampuan dipelajaran tersebut. Oleh karena itu perlu ditelusuri penyebab siswa memiliki hambatan dalam mempelajari mata pelajaran Bahasa Inggris. Dengan harapan agar murid lebih bersemangat dan bergairah dalam mempelajari Bahasa Inggris. Hal inilah yang perlu dipikirkan dan diperhatikan oleh pihak sekolah serta pengambil kebijakan.

B. Tujuan dan Manfaat
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui hambatan siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan sumbangan pemikiran untuk meminimalkan hambatan siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris dan meningkatkan pencapaian hasil belajar.

C. Perumusan Masalah
Supaya permasalahan yang kita hadapai itu dapat dengan mudah diidentifikasikan, maka permasalahan-permasalahan tersebut perlu dirumuskan. Adapun rumusan masalahnya adalah, sebagai berikut :
1. Apakah yang menyebabkan murid mengalami hambatan dalam mempelajari Bahasa Inggris ?
2. Bagaimana cara mengatasi hambatan murid untuk mempelajari Bahasa Inggris ?


TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Belajar

Definisi belajar menurut Fontana adalah sebuah proses perubahan yang relative tetap dalam prilaku individual sebagai hasil dari pengalamam. Definisi tersebut memusatkan perhatian pada tiga hal. Yaitu:
 Bahwa belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan prilaku individu
 Bahwa perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman
 Bahwa perubahan itu terjadi pada prilaku individu yang mungkin
Belajar dalam pengertian yang bersifat umum adalah usaha mencari pengetahuan dan pengalaman baru guna mengatasi masalah-masalah dalam hidupnya. Termasuk dalam pengertian ini adalah mencari untuk mendapatkan kecakapan-kecapakan baru.Menurut Cronbach yang dikutip oleh sumadi Suryabrata, mengatakan bahwa belajar adalah adanya perubahan prilaku sebgai hasil (karena) pengalaman.
Menurut Harold Spears, ia menyatakan belajar adalah mengobservasi, membaca, meniru, mencoba, mendengarkan dan mengikuti arahan (learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction).
Sedangkan Mc.Geoh mengatakan bahwa belajar adalah adanya perubahan dalam penampilan sebagai hasil (akibat) dari praktek (menjalankan sesuatu kegiatan/ aktivitas).
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik pokok-pokok pengertian yakni :
1) Belajar akan membawa (berakibat adanya) perubahan perilaku baik secara actual maupun potensial
2) Dengan belajar seseorang akan mendapat kecakapan baru
3) Perubahan perilaku dan kecakapan baru itu didapatkan lewat suatu usaha, demikian analisis Sumadi Suryabrata.

B. Hambatan-hambatan Dalam Belajar.
Proses belajar yang dialami siswa tidak selalu lancar seperti yang diharapkan. Kadang-kadang mereka mengalami kesulitan atau hambatan yang betapapun kecilnya dapat mengganggu kelancaran belajar. Hambatan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Hambatan Yang Timbul dari Diri Siswa Sendiri.
Hambatan ini dapat bersifat :
1) Biologis, ialah hambatan yang bersifat jasmaniah :
- Cacat tubuh, merupakan kekurangsempurnaan tubuh seperti patah kaki, patah tangan, kaki mengecil (polio), kurang pendengaran atau tuna rungu, tuna netra, dapat mengganggu kelancaran belajar. Lebih jauh lagi dapat menimbulkan frustasi dan rasa rendah diri, yang jelas sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa.
- Kesehatan, seseorang yang sehat berarti terbebas dari penyakit. Badan yang kurang sehat dapat menyebabkan cepat lelah, mudah mengantuk, kurang bergairah dalam belajar yang akibatnya mengganggu kelancaran studi.
2) Psikologis ialah hambatan yang bersifat kejiwaan seperti :
- Inteligensi. Siswa yang memiliki inteligensi rendah kemajuan belajarnya akan terhambat.
- Bakat. Merupakan kemampuan untuk belajar yang baru kelihatan bila seseorang sudah belajar. Bakat ini sangat berpengaruh pada siswa yang belajar dan dalam satu bidang tertentu.
- Minat. Merupakan salah satu factor yang ikut menentukan keberhasilan belajar. Siswa yang tidak berminat dalam mempelajari satu bidang tertentu akan susah mencapai prestasi yang baik.
- Perhatian. Merupakan keaktifan jiwa yang ditunjukkan pada suatu objek tertentu.

b. Hambatan yang timbul dari luar diri siswa.
1. Hambatan tersebut datang dari keluarga.
- Sikap orang tua yang acuh, sikap memanjakan, terlalu melindungi, banyak membantu, terlalu menekan anak dengan disiplin yang ketat dapat menghambat kemajuan belajar.
- Keadaan ekonomi keluarga juga berperan dalam mendukung keberhasilan belajar.
- Hubungan yang tidak serasi antara anggota keluarga.
2. Sekolah.
- Keadaan gedung ruang kelas yang tidak representative merupakan suatu tempat yang ikut menentukan berhasil tidaknya suatu pelajaran.
- Waktu sekolah yang tidak sesuai untuk belajar.
- Metode belajar mengajar yang tidak sesuai sangat menentukan efektivitas belajar.
- Pekerjaan rumah yang terlampau banyak.
- Sarana prasarana sekolah yang kurang juga dapat menghambat kemajuan belajar siswa.
3. Lingkungan sekitar.
- Teman bergaul yang kurang baik.
- Pengaruh media massa yang negative.
- Kegiatan organisasi yang terlampau banyak.

C. Prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rothwall (1961) sebagai berikut:
1. Prinsip Kesiapan yaitu kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Yang termasuk klesiapan disini ialah kematangan dan pertumbuhan fisik,intelegensi latar belakang pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor lain yang memungkinkan seorang dapar belajar.
2. Prinsip motivasi yaitu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatuar arah kegiatan itu, dan memelihara kesungguhan.
3. Prinsip persepsi yaitu interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yng lain.
4. Prinsip tujuan yaitu sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang.
5. Prinsip perbedaan individu
6. Prinsip transfer dan retensi. Apapun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain, proses tersebut dikenal sebagai proses transfer. Kemampuan seseorang untuk menggunakannya kembali hasil belajar disebut retensi.
7. Prinsip belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk prilaku baru.
8. Prinsip belajar efektif yaitu mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap.
9. Prinsip belajar psikomotor yaitu menentukan bagaimana seseorang mampu mengendalikan aktivitas ragawinya.
10. Prinsip evaluasi yaitu bagaimana menguji kemajuan dalam mencapai tujuan.

Thursday, January 6, 2011

Makalah Pendidikan Evaluasi Dan Proses Hasil Belajar

MAKALAH PENDIDIKAN
EVALUASI DAN PROSES HASIL BELAJAR

A. Ciri-Ciri Belajar
Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar.
1. Perubahan yang Terjadi Secara Sadar
Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengatahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya betambah.
2. Perubahan dalam Belajar Bersifat Fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlansung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabbkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.
3. Perubahan dalam Belajar Bersifat Pasif dan Aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terdaji dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri.
4. Perubahan dalam Belajar bukan Bersifat Sementara
Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
5. Perubahan dalam Belajar Bertujuan atau Terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Dengan demikian, perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah pada tingkah laku yang telah ditetapkannya.
6. Perubahan dalam Belajar Seluruh Aspek Tingkah Laku
Perubahan yang iperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jikas seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

B. Teori-Teori Belajar
1. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya
Ahli-ahli ilmu jiwa daya mengemukakan suatu teori bahwa jiwa manusia mempunyai daya-daya. Daya-daya ini adalah kekuatan yang tersedia. Manusia hanya memanfaatkan semua daya itu dengan cara melatihnya sehingga ketajamanya dirasakan ketika dipergunakan untuk sesuatu hal. Daya-daya itu misalnya daya mengenal, daya mengingat, day berpikir, daya fantasi, dan sebagiannya.
2. Teori Tanggapan
Herbart adalah orang yang menggunakan teori tanggapan. Menurut teori tanggapan belajar adalah memasukkan tanggapan sebanyak-banyaknya, berulang-ulang, dan sejelas-jelasnya. Banyak tanggapan berarti dikatakan pandai. Sedikit tanggapan berarti dikatakan kurang pandai. Maka orang pandai berarti orang yang banyak mempunyai tanggapan yang tersimpan dalam otaknya.
3. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt
Dalam belajr, menurut teori Gesatalt, yang terpenting adalah penyesuaian pertama, yaitu mendapatkan respons atau tanggapan yang tepat. Belajar yang terpenting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi menegrti atau memperoleh insight.
Prinsip-prinsip belajar menurut teori Gestalt
a. Belajar berdasarkan keseluruhan
b. Belajar adalah suatu proses perkembangan
c. Anak didik sebagai organisme keseluruhan
d. Terjadi transfer
e. Belajar adalah reoerganisasi pengalaman
f. Belajar harus dengan insight
g. Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan
h. Belajar berlangsung terus-menerus.
4. Teori Belajar dari R. Gagne
Dalam masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi.
a. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
b. Belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Gagne mengatakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori yang disebut the domainds of learning, yaitu sebagai berikut :
1. Keterampilan motoris ( motor skill )
2. Informasi verbal
3. Kemampuan intelektual
4. Strategi kognitif
5. Sikap

5. Teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi
Teori asosiasi disebut juga teori sarbond. Sarbond singkatan dari Stimulus, Respons, dan Bond. Stimulus berarti rangsangan, respons berarti tanggapan, dan bong berarti dihubungkan. Rangsangan diciptakan untuk memunculkan tanggapan kemudian dihubungkan antara keduanya dan terjadilah asosiasi.
Dari aliran ilmu jiwa asosiasi ada dua teori yang sangat terkenal :
a. Teori Konektionisme
Thorndike adalah orang yang mengemukakan teori konektionisme. Dari penelitiannya dia menyimpulkan bahwa respons lepas dari kurungan itu lambat laun diasosiasikan dengan situasi stimulus dalam belajar coba-coba, trial adn eror. Inilah kesimpulan Thorndike terhadap perilaku binatang dalam kurungan.
Ada tiga hukum belajar yang utama dan ini diturunkannya dari hasil-hasil penelitiannya. Ketiganya adalah hukum efek, hukum latihan, hukum kesiapan.
Terhadap teori Konektionisme ini ada beberapa kelelmahan dalam pelaksanaannya, yaitu :
a. Belajar menurut teori bersifat mekanistis
b. Pelajar bersifat teacher centered (terpusat pada guru)
c. Anak didik pasif
d. Teori lebih mengutamakan materi

b. Teori Conditioning
Dalam kehidupan sehari-hari seseorang pasti merasakan sesuatu yang merangsang air lir nya untuk keluar. Misalnya, bagi para ibu yang sedang mengandung dan kebetulan mengidam inginmemakan buah-buahan yang asam-asam, ketika mereka melihat buah asam-asaman tentu saja air liurnya tanpa disadari. Keluarnya tentu saja secara refleks.
Contoh yang dikemukakakan diatas bentuk-bentuk kelakuan yang nyata terlihat dalam kehidupan. Bentuk-bentuk kelakuan seperti terjadi karena adanya conditing.
Teori ini bila diterapkan dalam kegiatan juga banyak kelemahannya. Kelemahan-kelemahan itu antara lain berikut ini.
1. Percobaan dalam laboraturium berbeda dengan keadaan sebenarnya.
2. Pribadi seseorang ( cita-cita, kesanggupan, inat, emosi, dab sebagiannya) dapat mempengaruhi hasil eksperimen.
3. Respons mungkin dipengaruhi oleh stimulus yang tak dikenal.
4. Teori ini sangat sederhana dan tidak memuaskan menjelaskan untuk menjelaskan segala seluk beluk belajar yang ternyata sangat komplek.

C. Jenis-Jenis Belajar
Para ahli dengan melihat ciri-ciri yang ada di dalamnya, A. De Block C. Van Parreren Robert M. Gagne
Oleh karena itu, jenis-jenis belajar yang di uraikan berikut ini menyangkut masalah belajar arti kata-kata.
1. Belajar Arti Kata-kata
Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan.
2. Belajar Kognitif (berhubungan dengan mental)
Bersentuhan dengan masalah mental. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan.
Dalam belajar kognitif, objek-objek yang ditanggapi tidak hanya yang bersifat materiil, tetapi juga bersifat tidak materiil. Belajar kognitif penting dalam belajar.
3. Belajar Menghafal
Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal didalam ingatan, sehingga nanti dapat diproduksikan (diingat) kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yangb asli.
Ciri khas reproduksi secara harfiah dan adanya skema kognitif. Adanya skema kognitif berarti, bahwa dalam ingatan orang tersimpan secara baik semacam program informasi yang diputar kembali pada waktu dibutuhkan, seperti yabg terjadi pada komputer. Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan.
4. Belajar Teoretis (sebatas teori/belum dipraktekkan)
Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah.
5. Belajar Konsep
Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Belajar konsep adalah berpikir dalam konsp dan belajar pengertian. Taraf ini adalah komprehensif. Taraf kedua dalam taraf berpikir. Taraf pertamanya adalah taraf pengetahuan, yaitu belajar reseptif atau menerima.
6. Belajar Kaidah
Belajar kaidah (rulr) termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual (intelectual skill), yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep lebih dihubungkan satu sam alin, terbentuk suatu ketentuan yang merepresentasikan suatu keteraturan.
Kaidah adalah suatu pegangan yang tidak dapat di ubah-ubah. Kaidah merupakan suatu representasi (gambaran) mental dari kenyataan hidup dan sangat berguna dalam mengatur kehidupan sehari-hari.
7. Belajar Berpikir
Masalah dalam belajar terkadang ada yang harus dipecahkan seorang diri, tanpa bantuan orang lain. Pemecahan atas masalah itulah yang memerlukan pemikiran. Berpikir itu sendiri adalah kemampuan jiwa untuk meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan.
Konsep Dewey tentang berpikir menjadi dasar untuk pemecahan masalah adalah sebagi berikut:
a. Adanya kesulitan yang dirasakan dan kesadaran akan adanya masalah.
b. Masalah itu diperjelas dan dibatasi
c. Mencari informasi atau data dan kemudian dat itu diorganisasikan.
d. Mencari hubungan-hubunganuntuk merumuskan hipotesis-hipotesis.
e. Peerapan pemecahan terhadap maslah yang dihadapi sekaligus berlaku sebagai penguji kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai pada kesimpulan.
8. Belajar Keterampilan Motorik ( Motor Skill )
Keterampilan motorik, mampu melakukan rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu. Keterampailan semacam ini disebut “Motorik”
9. Belajar Estetis
Bentuk belajar ini bertujuan membentuk kemampuan menciptaan dan menghayati keindahan dalam berbagai bidang kesenian. Belajar ini mencakup fakta.

D. Perlunya Aktivitas Dalam Belajar
Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam interaksi belajar-mengajar.
Frobel mengatakan bahwa “ manusia sebagi pencipta”. Dalam ajaran agama pun diakui bahwa manusia adalah sebagai pencipta yang kedua ( setelah tuhan ). Secara alami anak suatu organisme yang berkembang dari dalam.
Montessori juga menegaskan bahwa anak-anak memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri. Pendidik akan berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaiman perkembangan anak-anak didiknya.
Dengan mengemukakan beberapa pandangan dari berbagai ahli tersebut diatas, jelas bahwa dalam kegiatan belajar, subjek didik/siswa harus aktif berbuat. Denan kata lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitras, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.

E. Prinsip-Prinsip Aktivitas
1. Menurut pandangan Ilmu Jiwa Lama
John Locke konsepnya Tabularasa, mengibaratkan jiwa (Psyche) seseorang bagaikan kertas pituh yang tidak bertulis. Kertas putih ini kemudian akan mendapatkan coretan atau tulisan dari luar. Kertas itu akan bersifat reseptif. Konsep semacam ini kemudian ditransfer kedalam dunia pendidikan.
Herbert memberikan rumusan bahwa jiwa adalah keseluruhan tanggapan yang secara mekanis dikuasai oleh hukum-hukum asosiasi.
Mengombonasikan dua konsep yang baik dikemukakan John Locke maupun herbert, jelas dalam proses belajar mengajar guru kan senantiasa mendominasi kegiatan. Siswa terlalu pasif, sedang guru aktif dan segala inisiatif datang dari guru. Siswa ibarat botol kosong yang di isi air oleh sang guru.
2. Menurut Pandangan Ilmu Jiwa modern
Aliran ilmu jiwa yang tergolong modern akan menerjemahkan jiwa manusia sebagai sesuatu yang dinamis, memiliki potensi dan energi sendiri. Tuigas pendidik adalah membimbing dan menyediakan kondisi agar anak didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Dalam hal ini, anaklah yang beraktivitas, berbuat dan harus aktif sendiri.
Guru bertugas menyediakan bahan pelajaran, tetapi yang mengolah dan mencerna adalah para siswa sesuai dengan bakat, kemampuan dan latar belakang masing-masing. Belajar adalah berbnuat dan harus aktif.
Perlu ditambahkan bahwa yang dimaksud aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait. Sebagai contoh seseorang itu sedang belajar dengan membaca. Secara fisik kelihatan bahwa orang tadi membaca menghadapi suatu buku, tetapi mungkinpikirannya dan sikap mentalnya tidak tertuju buku yang dibaca. Ini menunjukkan tidak ada keserasian antara aktivitas fisik dengan aktivitas mental.
Dengan demikian, jelas bahwa aktivitas bitu dalam arti luas, baik yang bersifat fisik/jasamani maupun mental/rohani. Kaitan antara keduanya akan menumbuhkan aktivitas belajar yang optimal.

F. Jenis-Jenis Aktivitas dalam Belajar
Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian, disekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas. Banyak jenis aktifitas yan dapat dilakukan oleh sioswa disekolah. Paul B. Diedrich membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Visual activities
2. Oral activities
3. Listening activities
4. Writing activities
5. Drawing activities
6. Motor activities
7. Mental activities
8. Emotional activities
Jadi dengan klasifikasi aktivitas seperti diuraikan di atas, menunjukkan bahwa aktivitas disekolah cukup kompleks dan bervariasi.